RESUME
EPISTEMOLOGI ISLAM
Muhammad Amien, Miska. 1983. Epistemologi Islam. Jakarta : UI PRESS
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata
kuliah : Pengantar Filsafat
Dosen : H.
Ilham Bustomi, M. Ag
Nip:19730329200003
1 002
Disusun oleh :
Yuda Khaidar
Nawawi
(Syari’ah)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
2010
Jl.Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon Telp.
(0231) 481264
BAB I
PENGERTIAN DAN LINGKUP
FILSAFAT
PENGETAHUAN
Sebelum berbicara serta membahas tentang pengertian dan lingkup filsafat
pengetahuan.terlebih dahulu kitamembahas tentang apa pengertian fisafat?
FILSAFAT
filsafat berasal dari bahasa Yunani :
”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai
bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan
Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin;
dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Secara etimologi, istilah filsafat
berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu
philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari
kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Berikut ini disajikan beberapa
pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli :
·
Plato ( 428 -348 SM ) :
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
·
Aristoteles ( (384 – 322 SM) :
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan
demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab
telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
·
Cicero ( (106 – 43 SM ) :
filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia
juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
·
Johann Gotlich Fickte
(1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau
jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
·
Paul Nartorp (1854 – 1924 ) :
filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan
pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
1.
Pengertian
Epistimologi
Secaraetimologi epistimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dam logos.Epistemeberarti pengetahuan, dan logos berarti teori, uraian, dan alasan.
Epistimologi merupakan teori tentang pengetahuan (theory of knowlage). Dan menurut
Dagobert D. Runes dalam dictionary of
philosophy menulis bahwa “Epistimologi
sebagai cabang dari filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian,
struktur, metode, dan validitas ilmu pengeahuan.”
Menurut Prof. Dr. Harun Nasutiondalam dalam buku Filsafat Agama, mengatakan bahwa “Epistimologi merupakan ilmu yang membahas
tentang apa itu pengetahuan?, bagaimana cara memperoleh pengetahuan?”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Epistimologi bertujuan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan,
dipelajari secara mendalam (substansif).
2.
Pengertian
Menurut Definisi
·
Menurut Anto Suhono,“Epistimologi berarti teorimengenai
hakekat ilmu pengetahuan yaitu bagian filsafat mengenai refleksi manusia atas
kenyataan.”
·
Menurut A. H Bakker dalam
diktat metode-metode filsafat “Metodelogi
dapat dipahami sebagai sebagai filsafat ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu
pengetahuan yang dimaksud ini menguraikan metode ilmiah sesuai dengan hakekat
pengertian manusia. Dapat ditemukan kategori-kategori umum yang hakiki bagi
segala pengertian, jadi berlaku pula bagi semua ilmu”.
·
Menurut The Liang Gie dari The
encyclopedia of philosophy “Epistimologi
sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dan ruang lingkup
pengetahuan, peranggapan-peranggapan dan dasar-dasar serta realibilitas umum
dari tuntutan akan pengetahuan.”
Epistimologi
berkaitan dengan masalah–masalah dibawah ini :
-
Filsafat
yaitu sebagai cabang filsafat yang berusaha mencari hakekat dan kebenaran
pengetahuan.
-
Metode
tentang cara untuk memperoleh pengetahuan itu.
-
Sistem
sebagai suatu yang bertujuan memperoleh
realitas kebenaran pengetahuan itu sendiri.
3.
Perbedaan Pengetahuan Dengan Ilmu
Kata
pengetahuan berasal dari 2 bahasa yaitu inggris science dan knowledge,
dan bahasa arab yaitu ’ilm. Sehingga
menurut istilah dapat diartikan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu manusia
terhadap sesuatu/segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang
dihadapinya dengan cara persepsi baik lewat indera mapun lewat akal dengan
obyeknya berupa barang-barang fisik. Jika obyeknya berupa ideal/kejiwaan cara
memahaminya dengan kompreensi/dapat berwujud substansi yang dipahami lewat
persepsi.
Ada ratusan definisi pengetahuan dalam buku Knowledge Triumphant, The
Concept of Knowledge in Medieval Islam diantaranya :
-
Pengetahuan
yang menyangkut proses pengetahuan.
-
Pengetahuan yang menyangkut
tentang pengamatan.
-
Pengetahuan
yang menyangkut proses yang diperoleh dari persepsi.
-
Pengetahuan yang menyangkut
dengan kepercayaan.
Pengetahuan ilmiah memiliki syarat:
-
Memiliki
obyek tertentu (formal & material) serta bersistem (beruntut).
-
Memiliki
metode tertentu yang bersifat umum
Metode yang dimaksud seperti metode
induksi, metode deduksi, metode analisa (metode untuk memisahkan pengertian
yang satu dengan pengertian yang lainnya), metode sintesa (metode untuk
menghubungkan pengertian yang satu dengan pengerian lainnya sehingga diperoleh
argumen baru).
Batasanilmu pengetahuan menurut
Menurut Jujun . S. Suriasumantri
dalam buku Ilmu dalam Perspektif
menulis “ilmu lebih bersifat merupakan
kegiatan dari pada sekedar produk yang siap dikonsumsikan”[1].
Perbedaan Ilmu dengan Pengetahuan menurut Herbert L. Searles yaitu : “Kalau
ilmu berbeda dengan filsafat berdasarkan ciri empiris, maka ilmu berbeda dari
pengetahuan biasa karena ciri sistematisnya.”[2]
Bisa dikatakan bahwa perbedaan ilmu dengan pengetahuan terlihat dari sifat
sitematiknya dan cara memperolehnya. Tapi lain halnya yang terjadi di Indonesia ,
ilmu dan pengetahuan itu sama berdasarkan pendapat “kata ilmu (bahasa Arab) ’alima (ia telah mengetahui) dan kata jadian
‘ilmu berarti pengetahuan. Dan dalam bahasa Indonesia ilmu itu identik dengan
pengetahuan.”
Pengetahuan ilmiah berhubungan dengan masalah kebenaran.
Menurut
Harold H. Titus yang dikutip oleh H. Endang Saifuddin Anshari
”Kebenaran ialah sesuatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang
selaras dengan situasi
aktual. Kebenaran ialah kesesuaian (agreement) antara pernyataan (statement)
mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara putusan (judgement) dengan
situasi seputar (invironmental situation) yang diberikan interpretasi.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebenaran
dalam pengetahuan ialah kesesuaian antara subyek yang mengetahui dengan obyek
yang diketahui.
BAB II
FILSAFAT PENGETAHUAN ISLAM
1.
Pengertian Filsafat Pengetahuan Islam
Untuk mencapai kepada rumusan yang
tepat, dapat digunakan beberapa pendekatan. Dua macam pendekatan yang akan
diterapkan disini adalah :
pertama, pendekatan secara Genetivus Subyektivus, yaitu
menempatkan islam sebagai subyek (subyek disini dijadikan titik tolak
berpikir). Dari titik tolak ini Filsafat Pengetahuan akan dijadikan sebagai
bahan kajian.
kedua, Pendekatan secara Genetivus
Objektivus, yaitu menempatkan Filsafat Pengetahuan sebagai Subjek (sebagai
titik tolak berpikir) yang membicarakan Islam sebagai Objek Kajian.
Kedudukan Filsafat Pengetahuan Islam
Poeradisastra menulis
anatara lain: “Epistimologi di dalam Islam berjalan dari tingkat-tingkat:
(a)perenungan(contemplation)
(b) penginderaan
(sensation).
(c) pencerapan (perception).
(d) penyajian (representation).
(e) konsep (concept).
(f) timbanagn (judgement).
(g) penalaran (reasoning).
Sebagaimana
tertulis “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat “.(Al-Mujaadalah, ayat 11). Dalam beberapa Hadits Nabi dikatakan : “ menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita. Carilah ilmu walaupun kenegeri
Cina. Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang kubur “.
2.
Pengetahuan Dalam Al-qur’an
Pengetahuan dalam Alqur’an yang
dimaksud disini adalah pengetahuan yang terdapat dalam kitab suci Alqur’an.
Dalam buku wawasan islam : pokok-pokok
pikiran tentang islam dan umatnya karangan
Endang Saifudin Anshari, dalam buku ini disebutkan pada garis besarnya Alqur’an
memuat masalah-masalah :
1.aqidah;
2. Syari’ah; ‘Ibadah dan Mua’malah;
3. Akhlak;
4. Kisah-kisah lampau;
5. Berita-berita akan datang ;
6. Pengetahuan-pengetahuan Illahi
lainnya.
a.
Pengertian Al-Qur’an
Dari sudut bahasa, Al-Qur’an berasal
dari kata Qara’a yang berarti bacaan. Kemudian kalau ditinjau dari definisinya
; Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad s.a.w bahwa membacanya adalah Ibadat.
Beberapa nama yang diberikan pada
Al-Qur’an antara lain adalah :
Al-Furqon : membedakan antara yang baik dan yang buruk
Kalam Allah : Firman Tuhan
Al-Kitab : buku yang utama
Al-Huda : yang memberi petunjuk
Al-Busyra : Yang memberi kabar baik
Al-Burhan : Bukti
Adz-Dzikir : Peringatan
Diantara nama-nama itu, yang paling
terkenal adalah Al-Qur’an, nama khas kitab suci bagi ummat islam. Fungsi
utamanya sebagai petunjuk dan pedoman serta pegangan, pegangan yang mencakup
segala masalah pokok untuk hidup dan kehidupan manusia; petunjuk dan pedoman
yang membawa manusia kearah yang benar.
b.
Pengetahuan yang terdapat dalam Al-Qur’an
Berikut ini beberapa ayat yang
berhubungan dengan berbagai disiplin pengetahuan, sebagai berikut :
(1) Ayatyang berhubungan dengan pengetahuan alam, surat“
Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Daud Kurnia dari kami. (kami
berfirman) : hai gunung-gunung, bertasbilah berulang-ulang bersama Daud, dan
kami telah melunakan besi untuknya “
(Saba’ ayat 10).
(2) Ayat berhubungan dengan
pengetahuan Geografi“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu “(Al-Baqarah
ayat 22).
(3) Ayatyang berhubungan dengan
Pengetahuan Kesehatan“Boleh meninggalkan puasa (untuk menjaga kesehatan), kalau
sakit atau dalam perjalanan, tapi wajib mengqadhonya “(Al-Baqarah ayat 184).
(4) Ayatyang berhubunganPengetahuan
Sejarah “Mengapa mereka tidak berjalan dimuka bumi, untuk memperhatikan bagaimana
akibat orang-orang purbakala “ (Yusuf Ayat 109).
(5) Ayat yang berhubungan dengan
Pengetahuan Matematika “Allah menjadikan malam dan siang jadi dua ayat (tanda
kekuasaan-Nya) dan dijadikannya siang untuk mencari rezeki dan supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan “ (Al-Israk 12)..
(6) Ayatyang
berhubungan dengan Pengetahuan Ekonomi “ Dia yang menjadikan untukmu apa-apa
yang dibumi semuanya, seperti besi, emas, perak, minyak “ (Al-Baqarah ayat29).
Demikian gambaran pengetahuan yang terdapat
dalam Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi.
“ Kebenaran itu
adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang
yang ragu”(Al-Baqrah ayat 147).
BAB III
PENGETAHUAN WAHYU DAN PENGETAHUAN
ILHAM
1. Pengetahuan Wahyu
Al-
Qur’an merupakan wayu Allah dan hal tersebut sesuai dengan penjelasan ayat-ayat
dalam Al-Qur’an seperti dalam Surat Yunus : 2 dan Surat Assajadah : 3.
Ø Menurut M. Hasyem dalam buku Islam Agama Rasionil mengatakan ”Wahyu berasal dari bahasa Arab yang
sebenarnya berarti memberi sugesti, memasukan sesuatu kedalam pikiran.”
Ø Menurut Prof. Dr. Harun
Nasutiondalam bukunya akal dan wahyu
dalam islam menjelaskan bahwa "Wahyu
berasal dari bahasa Arab asli yaitu Al-Nahy dan Al-Wahy bukan kata pinjaman
dari bahasa Asing kataitu berarti suara, api, dan kecepatam”.
Menurut proses penyampaiannya wahyu diturunkan
melalui 3 cara yaitu :
·
Melalui
jantung hati, belakang tabir dan utusan (jibril). Seperti wahyu yang diterima
Rosulullah untuk disampaikan kepada masyarakat.
·
Wahyu
untuk dapat sampai ke tangan masyarakat, Sidi Gazalba dalam bukunya Asas Agama
Islam menuliskan ”Wahyu tidak langsung diberikan kepada masyarakat, tapi
melalui seseorang yang diangkat Tuhan menjadi utusan-Nya.”
·
Setelah
utusan-Nya mengumpulkan wahyu, Ia berwenang menjelaskan, menafsirkan, dan
memperincinya. Kemampuan ini diperolehnya, karena Ia dekat dan selalu
berhubungan dengan Tuhan yang mengutusnya”
2. Pengetahuan Ilham
Ilham biasa
kita kenal atau artikan sebagai bisikan hati/hampir sama dengan wahyu. Tapi
ilham beda dengan wahyu karena berbeda cara penyampaiannya yaitu yang melalui utusan
(wahyu) dan yang tidak melalui perutusan (ilham). Menurut Al-Ghazali bahwa
Ilham berupa cahaya yang jatuh diatas nurani, bersih dan lembut.
- Pengertian Ilham
Secara etimologi karangan W.
J. S Poerwadarminta, Ilham merupakan ”Bisikan
kecil (petunujuk) yang datang dalam hati.” Ilham sendiri berasal dari
bahasa Arab yang artinya bisikan atau Inspirasi.
- Pengertian Inspirasi dan Insting
(naluri)
Menurut I. R Poedjatna dalam
buku Manusia dengan Alamnya menyatakan
terdapat beberapa unsur dalam insting
yaitu:
”Dalam insting itu tindakan-tindakan lebih kompleks lagi. Tindakan-tindakan
itu tak perlu dipelajari, tetapi toh berarti dan menuju sesuatu, seperti
tindakan-tindkaan dalam perburuan (baik pada binatang dan manusia), makan, pengasuhan anak, pembuatan sarang dan rumah. Naluri
ini dapat dapat juga menyesuaikan dirinya tanpa sadar dengan dengan keadaan
baru atau lain. Justru oleh karena itu bukan pelajaran yang sebenarnya,
tindakan naluri ini beralihnya dari suatu yang biasa kepada yang luar biasa
memerlukan pengaruh yang hebat”.
Inspirasi
merupakan kejadian luar biasa yang dialami oleh manusia tanpa terlebih dahulu
belajar dari kejadian itu. Sedangkan insting/naluri itu tidak dapat dipengaruhi
oleh lingkungan. Inspirasi suatu pengetahuan adalah yang diperoleh manusia
secara spontanitas yang bertumpu pada tempat bergantung.
Jadi
pengetahuan dapat diperoleh dengan mencari pengalaman (posteriori) terlebih
dahulu; membaca buku, mendengar cerita, dll. Sehingga pengetahuan yang
diperoleh melalui inspirasi ialah pengetahuan yang disertai oleh ide. Sedangkan
Ilham adalah petunjuk yang datang dengan sendirinya. Pengetahuan inspirasi
belum nampak kebenarannya sebelum diolah kembali, dan pengetahuan ilham
kebenarannya sudah sah dan harus diterima apa adanya.
”Menurut
Mac. Dougall Insting manusia dikelompokan menjadi 4 macam :
-
Insting Egocentros (mementingkan diri sendiri).
-
Insting Religios (berbakti kepada Tuhan).
-
Insting Polemos (berjuang).
-
Insting Eros (berkelamin).
Ilham
adalah petunjuk Tuhan yang diberikan kepada manusia secara langsung. Ilham
mempunyai sifat tetap artinya pengetahuan yang diberi lewat ilham terus
dimiliki oleh penerimanya. Pengetahuan ini melekat pada pemiliknya. Umpamanya,
borong manyar memiliki pengetahuan yang membuat seseorang menjadi indah dan molek.
Pengetahuan ini tidak mempunyai perkembangan. Oleh al-Ghazali pengetahuan ilham
dirumuskan ”ilham yang didapat tanpa
jalan mengajidan mencari dalil.”
BAB IV
JALAN MEMPEROLEH
PENGETAHUAN
1.
Pengetahuan Lewat Akal
Islam memberi kedudukan sangat tinggi
kepada akal manusia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat Al-Qur’an.
Pengetahuan lewat akal disebut pengetahuan ‘aqli, lawannya adalah pengetahuan
naqli. Aktifitas akal disebut berfikir. Berfikir merupakan cirri khas yang
dimiliki oleh manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya di muka
bumi ini.
Berhubungan dengan masalah rohani,
dalam pemikiran islam, rohani memiliki unsure-unsur : 1.Akal, 2.Nafsu, 3.Qalbu, 4.Roh. Masing-masing organ
tersebut diatas mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
1. Akal
Dalam islam merupakan ikatan dari
tiga unsur, yakni pikiran, perasaan, dan kemauan. Dalam pengertian biasa,
pikiran terdapat pada otak, sedangkan perasaan terdapat pada indera dan kemauan
terdapat pada jiwa. Ketiga eksponen itu satu dengan yang lain tidak dapat
dipisahkan. Apabila salah satu diantaranya dipisahkan, bukan lagi berfungsi
sebagai akal.
Ibnu Khaldun berpendapat dan menyatakan
bahwa akal memiliki kemampuan yang sangat terbatas. Akal tidak lebih dari
sebuah alat pengukur. Alat pengukur memiliki kemampuan mengukur sesuatu sesuai
dengan bobot, bentuk dan keadaan yang diukur. Para Filsuf islam membagia akal
menjadi dua jenis, yakni :
a.
Akal Praktis (amilah) yang
menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera pengingat yang ada
pada jiwa hewan.
b.
Akal Teoritis (alimah) yang
menangkap arti-arti murni, yaitu arti-arti yang tak pernah ada dalam materi,
seperti Tuhan, Roh, dan Malaikat. Akal Teoritis memiliki tingkat-tingkat
sebagai berikut :
1.
Akal Material (al-‘aql
al-hayulani) yang merupakan potensi belaka, yaitu akal yang kesanggupannya
untuk menangkap arti-arti murni yang tak pernah berada dalam materi.
2.
Akal Bakat (al-‘aql al-malakah)
yaitu akal yang kesanggupannya untuk berfikir abstrak secara murni telah mulai
kelihatan.
3.
Akal Aktual (al-‘aql bi
al-fi’l) yaitu akal yang lebih mudahdang lebih banyak menangkap pengertian dan
kaedah umum yang dimaksud.
4.
Akal Perolehan (al-‘aql
al-mustafad) yaitu akal yang didalamnya arti-arti abstrak tersebut selamanya
sedia untuk dikeluarkan dengan mudah.
2.
Nafsu
salah satu organ manusia yang paling banyak peranannya adalah dalam
rangka manusia melakukan tindakan, nafsu terdiri dari :
1.
Nafsu Ammarah yaitu nafsu yang
belum mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan
yang salah.
2.
Nafsu Lawwamah yaitu nafsu yang
memiliki kesadaran, umpamanya setelah berbuat pekerjaan yang tercela. Nafsu ini
akan menyadarkan bahwa yang dilakukannya itu tercela.
3.
Nafsu Muthmainah yaitu nafsu
yang menerima tindakan yang baik, melawan tindakan yang tercela.
4.
Nafsu Mulhamah yaitu unsur jiwa
yang menerima ilham dari Tuha, misalnya berbentuk pengetahuan.
5.
Nafsu Musawwalah yaitu nafsu
pembeda yang membedakan antara yang baik dan yang buruk
6.
Nafsu Raadlijah yaitu unsure
jiwa yang menginsafi apa yang diterimanya dan mengeluarkan rasa syukur dalam
menerima ridha Allah.
7.
Nafsu Mardijah yaitu nafsu yang
senantiasa menerima ridha Allah.
8.
Nafsu Kamilah yaitu unsur jiwa
yang telah memiliki kesempurnaan baik luar maupun dalamnya.
3.
Pengetahuan Lewat Indera
Kita telah membicarakan cara
memperoleh pengetahuan lewat akal, sekarang akan dicoba memberi gambaran cara
memperoleh pengetahuan lewat indera. Pengetahuan lewat indera ialah segala
pengetahuan yang dapat diperoleh manusia lewat kelima inderanya (panca indera),
yakni ; mata, hidung, perasaan (kulit), telinga dan lidah. Pengetahuan indera
disebut pengetahuan inderawi (naqli) atau pengetahuan empiri.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Amien, Miska. 1983. Epistemologi Islam. Jakarta : UI PRESS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar