BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Jual Beli (Al-Ba’i) dan Dasar Hukumnya.
Jual beli atau perdagangan dalam istilah
fiqh disebut al-ba’i yang menurut etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah
al-Zuhaiy mengartikannya secara bahasa dengan “menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain”.[1]
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan oleh
para ulama fiqh. Dikalangan Ulama Hanafi terdapat dua definisi, yaitu :
Jual beli adalah saling menukar harta
dengan harta melalui cara tertentu, atau menurut definisi lain jual beli adalah
tukar menukar sesuau yang diingini dengan cara sepadan melalui cara tertentu
yang bermanfaat.
Menurut Syaikh Al-Qalyubi jual beli
(ba’i) adalah “Akad saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada
kepemilikan terhadap satu benda atau manfaat untuk tempo waktu selamanya dan
bukan untuk bertaqarrub kepada Allah.”[2]
Jual beli sebagai sarana tolong-menolong
antara sesame umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan
sunah Rasulullah saw. terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
yang berbicara tentang jual beli, antara lain:[3]
a. Surah
al-Baqarah ayat 275
¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$#
..................................
“Allah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba……
b. Surah
al-Baqarah ayat 198
“Tidak ada
dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”
c. Surah
an-Nisa ayat 29
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& cqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu…….”. (Q.S An-Nisa (4): 29)
B.
Jenis-Jenis
Jual Beli
1. Berdasarkan
pertukarannya, secara umum dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Jual
beli salam (pesanan)
Adalah jual beli
melalui pesanan, yakni jual beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang
muka kemudian uangnya diantar belakangan.
b. Jual
beli muqayadhah (barter)
Adalah jual beli
dengan cara menukar barang dengan barang, seperti menukar baju dengan sepatu.
c. Jual
beli mutlaq
Adalah jual beli
barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat pertukaran, seperti
uang.
d. Jual
beli alat penukar dengan alat penukar
Adalah jual beli
barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar lainnya,
seperti uang perak dengan uang emas.[4]
2. Berdasarkan
segi harga
Secara
umum dibagi menjadi empat, yaitu:[5]
a. Jual
beli yang menguntungkan (al-murabbahah).
b. Jual
beli yang tidak menguntungkan, yaitu menjual barang dengan harga aslinya (at-tauliyah).
c. Jual
beli rugi (al-khasarah)
d. Jual
beli al-musawah, yaitu penjual
menyembunyikan harga aslinya, tetapi kedua akad saling meridhoi, jual beli
seperti inilah yang berkembang sekarang.
Sedangkan dilihat dari sisi cara
standarisasi harga dibagi menjadi:[6]
a. Jual
beli yang memberi peluang bagi calon pembeli untuk menawar barang dagangan, dan
penjual tidak memberikan informasi harga beli.
b. Jual beli amanah, jual beli dimana penjual
memberitahukan harga beli barang dagangannya dan mungkin tidaknya penjual
memperoleh laba. Jual beli ini dibagi menjadi tiga jenis :
v Jual
beli Murabahah
yaitu jual beli
dengan modal dan keuntungan yang diketahui. Penjual menjual barang dagangannya
dengan menghendaki keuntungan yang akan diperoleh.
v Wadli’ah
yaitu menjual
barang dengan harga dibawah modal dan jumlah kerugian yang diketahui. Penjual
dengan alasan tertentu siap menerima kerugian dari barang yang ia jual.
v Jual
beli Tauliyah
yaitu jual beli
dengan menjual barang sesuai dengan harga beli penjual. Penjual rela tidak
mendapatkan keuntungan dari transaksinya.
v Jual
beli muzayadah (lelang)
yaitu jual beli dengan
cara penjual menawarkan barang dagangannya, lalu pembeli saling menawar dengan
menambah jumlah pembayaran dari pembeli sebelumnya, lalu sipenjual akan menjual
dengan harga tertinggi dari para pembeli tersebut. Saat ini jual beli ini
dikenal dengan nama lelang, pembeli yang menawar harga tertinggi adalah yang
dipilih oleh penjual, dan transaksi dapat dilakukan.
v Jual
beli munaqadlah (obral).
yakni pembeli
menawarkan untuk membeli barang dengan criteria tertentu lalu para penjual
berlomba menawarkan dagangannya. Kemudian sipembeli akan membeli dengan harga
termurah dari barang yang ditawarkan oleh para penjual.
v Jual
beli muhathah.
yaitu jual beli
barang dimana penjual menawarkan diskon kepada pembeli. Jual beli jenis ini
banyak dilakukan oleh super market/mini market untuk menarik pembeli.
3. Berdasarkan
cara pembayarannya dibagi menjadi :
a. Jual
beli dengan penyerahan barang dan pembayaran secara langsung.
b. Jual
beli dengan penyerahan barang tertunda.
c. Jual
beli dengan pembayaran tertunda.
d. Jual
beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama tertunda.[7]
C.
Jenis-jenis
Jual Beli Menurut Para Ahli Fiqh
1. Menurut
Hanafiyah, akad jual beli jumlahnya sangat banyak namun kita dapat membaginya
dengan meninjaunya dari beberapa segi.
a. Ditinjau
dari segi sifatnya, jual beli terbagi menjadi dua bagian:
v Jual
beli yang shahih.
Jual beli yang
diisyaratkan dengan memenuhi asalnya dan sifatnya, atau dengan ungkapan lain ,
jual beli shahih adalah jual beli yang tidak terjadi kerusakan, baik pada
rukunnya maupun syaratnya.
v Jual
beli ghair shahih.
Jual beli yang
tidak dibenarkan sama sekali oleh syara’ dan dinamakan jual beli batil, atau
jual beli yang diisyaratkan dengan terpenuhi pokoknya (rukunnya), tidak
sifatnya, dan ini dinamakan jual beli fasid.[8]
b. Ditinjau
dari segi shighat-nya, jual beli
terbagi menjadi dua bagian:
v Jual
beli mutlaq.
Jual beli yang
dinyatakan dengan shigat (redaksi) yang bebas dari kaitannya dengan syarat dan sandarannya kepada masa yang akan dating.
v Jual
beli ghairu mutlaq.
Jual beli yang
shigatnya (redaksinya) dikaitkan atau disertai dengan syarat atau disandarkan
kepada masa yang akan dating.
c. Ditinjau
dari segi hubungannya dengan barang yang dijual (objek akad), jual beli terbagi
menjadi empat bagian:
v Jual
beli muqayadhah.
Jual beli barang
dengan barang.
v Jual
beli sharf.
Jual beli tukar
menukar emas dengan emas dan perak dengan perak atau menjual salah satu dari
keduanya dengan yang lain (emas dengan perak atau perak dengan emas).
v Jual
beli salam.
Jual beli
sesuatu yang disebutkan sifat-sifatnya dalam
perjanjian dengan harga (pembayaran) dipercepat (tunai).
v Jual
beli mutlaq.[9]
d. Ditinjau
dari segi harga atau ukurannya, jual beli terbagi menjadiempat bagian:
v Jual
beli murabahah.
Menjual barang
dengan harganya semula ditambah dengan keuntungan dengan syarat-syarat
tertentu.
v Jual
beli tauliyah.
Jual beli barang
sesuai dengan harga pertama (pembelian) tanpa tambahan.
v Jual
beli wadi’ah.
Disebut juga
al-mahathah jual beli barang dengan mengurangi harga pembelian.
v Jual
beli musawamah.
Jual beli yang
biasa berlaku dimana para pihak yang melakukan akad jual beli saling menawar
sehingga mereka berdua sepakat atas suatu harga dalam transaksi yang mereka
lakukan.[10]
2. Menurut
Syafi’iyah akad jual beli dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Jual
beli yang shahih, jual beli yang terpenuhi syarat dan rukunnya.
b. Jaul
beli fasid, yaitu jual beli yang sebagian rukun dan syaratnya tidak terpenuhi.
Jual beli yang shahih terbagi
menjadi beberapa bagian:
v Jual
beli benda yang kelihatan
v Jual
beli yang disifati dalam perjanjian (jual beli salam)
v Jual
beli sharf yaitu jual beli mata uang
(emas atau perak)
v Jual
beli murabahah, yaitu jual beli
dengan harga asal (pembelian) ditambah dengan keuntungan.
v Jual
beli isyrak jual beli patungan dengan
orang lain.
v Jual
beli mahathah yaitu jual beli di bawah harga pembelian.
v Jual
beli tauliyah, yaitu jual beli barang
sesuai dengan harga pertama (pembelian) artinya tanpa keuntungan.
v Jual
beli binatang dengan binatang (jual beli
muqayadhah).
v Jual
beli dengan syarat khiyar.
v Jual
beli dengan syarat bebas dari cacat.[11]
3. Menurut
Malikiyah
Malikiyah
membagi jual beli secara garis besar menjadi:
a. Jual
beli manfaat
b. Jual
beli benda
Ditinjau dari
segi pembayarannya, dibagi menjadi:
a. Jual
beli tunai (Bai’ an-naqd)
b. Jual
beli utang dengan utang, (bai’ ad-dain bi ad-dain), jual beli
dimana harga dan barang diserahkan nanti. Ini termasuk jual beli yang dilarang.
c. Jaul
beli tempo (al-bai’ li ajal), harga
dibayar tempo sedangkan barang diberikan tunai.
d. Jual
beli salam (jual beli pesanan).
4. Menurut
Hanabilah
Membagi jual
beli menjadi dua bagian, yaitu:
a.
Shahih
lazim.
b. Fasid (membatalkan
jual beli).
Jual beli shahih ada tiga macam, yaitu:
v Jual
beli dengan syarat yang dikehendaki oleh akad, seperti syarat saling menerima (taqabudh).
v Jual
beli dengan ditangguhkannya semua harga, atau sebagiannya untuk waktu tertentu,
dengan syarat gadai.
v Jual
beli dengan syarat yang dikemukakan oleh penjual kepada pembeli bahwa ia akan
memanfaatkan barang yang dijual untuk waktu tertentu dan jenis manfaat
tertentu.[12]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar